Pos kesehatan pesantren (Poskestren) Pondok Pesantren Wali Songo di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, dinobatkan sebagai Poskestren terbaik di antara pesantren-pesantren yang ada di Jawa Timur. Meski baru didirikan pada Februari 2019, Poskestren di Ponpes tersebut dinyatakan telah memiliki SDM maupun fasilitas yang mumpuni oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur.
“Kita beruntung sudah punya SDM dari segi dokter dan juga perawat yang memadai yang standby di sana. Santri di sini itu ada sekitar 1.350. Karena profil kita ini dari sisi SDM dan fasilitas juga sudah layak, akhirnya kita dapat pengumuman layak dapat juara satu,” kata Ketua Poskestren Ponpes Ngabar, Ponorogo, Ustazah Dr HJ Rahma Maulidia kepada Republika, Rabu (13/11).
Ustazah Bunda Lidia menjelaskan, keberadaan Poskestren di Ponpes tersebut tidak sekedar formalitas. Pihaknya selalu berupaya mengembangkan Poskestren yang ada, agar fungsinya benar-benar bisa berjalan dengan baik. Dari aspek promotif misalnya, Lidia mengaku pihaknua terus melakukan edukasi untuk para santri memiliki gaya hidup sehat.
“Juga kita punya cafe santri yang menjual makanan-makanan sehat,” ujar Ustazah Bunda Lidia.
Lidia melanjutkan, pada aspek sanitasi lingkungan, Ponpes Wali Songo Ngabar mencoba memutus stigma yang selalu mengidentikan pesantren dengan tempat kumuh atau jorok. Bahkan sejak masa orientasi, santri dibiasakan untuk mempraktikkan kegidupan yang bersih, serta menjaga lingkungan agar tetap sehat.
“Kita Alhamdulillah tidak ada santri yang kotor. Jadi memang sejak dini, ketika oriantasi santri itu, kita tekankan bagaimana pentingnya kebersihan diri, kebersihan lingkungan,” ujar Ustazah Bunda Lidia.
Ustazah Bunda Lieia juga merasa beruntung, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, mempunyai denah yang ideal. Dimana dari mulai penempatan kelas, kamar, dan semua fasilitas yang ada, sudah terkonsep dengan baik. Bahkan Ponpes Wali Songo Ngabar memiliki konsultan arsitek dari Institut Teknologi Bandung.
Selain itu, khusus untuk santri putri, mereka ditekankan untuk mempelajari kesehatan reproduksi. Sehingga dihatapkan mereka betul-betul sadar dengan kesehatan reproduksi. “Kemudian kita juga ajarkan gizi yang sehat, karena mereka akan menjadi seorang ibu yang tidak boleh melahirkan anak-anak stunting,” kata Ustazah Bunda Lidia.
Lewat kebiasaan-kebiasaan tersebut, Lidia menegaskan ingin mengubah stigma pondok pesantren yang identik dengan islilah jorok dan kotor. Dia pun berharap, terobosan yang dilakukan pesantrennya bisa menjadi agen perubahan untuk pesantren lain, khususnya di Jatim agar tidak lagi dilabeli kumuh dan jorok. Dia juga ingin menekankan bahwa pesantren tidak hanya belajar ilmu agama, tapi berbagai macam ilmu bisa didapat di sana.
“Sebenarnya pesantren itu sudah punya modal sosial yang kuat. Misaalnya dari sisi trust dari masyarakat umum. Kemudian kalau kita lihat semuanya terkontrol mulai bangun tidur sampai tidur lagi, semuanya terkonsep dengan baik. Itu bisa jadi modal,” kata Ustazah Bunda Lidia.
Pondok Pesantren Ngabar, Ponorogo menjadi juara satu dalam lomba Poskestren yang digelar Dinas Kesehatan Jatim. Kemudian yang menjadi juara dua ada Ponpes Miftahul Ulum, Banyuputih Kidul, Lumajang. Sementara yang menjadi juara tiga ada Ponpes Al Munawwaroh, Kadungkandang, Kota Malang. (Republika)